Pelajar Ikut Demo Tolak UU Cipta Kerja, Polres Metro Jaya: Ada Indikasi Pelajar Dimanfaatkan

- 16 Oktober 2020, 14:41 WIB
 Massa aksi menolak UU Cipta Kerja melempar molotov ke arah polisi di kawasan Tugu Tani.
Massa aksi menolak UU Cipta Kerja melempar molotov ke arah polisi di kawasan Tugu Tani. /ANTARA/

PR BEKASI – Gelombang unjuk rasa penolakan UU Cipta Kerja terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Hal ini terjadi karena para pengunjuk rasa menilai bahwa Omnibus Law tidak mensejahterakan para buruh.

Beberapa pasal terkait upah minimum, cuti, pesangon, hingga status kontrak menjadi perhatian para pengunjuk rasa. Sebagian besar pengunjuk rasa dilakukan oleh pekerja dan mahasiswa.

Baru-baru ini, kalangan pelajar juga ikut terlibat dalam kegiatan menolak UU Cipta Kerja. Seperti yang terjadi di Jakarta. Namun, ternyata para pelajar tersebut tidak mengetahui substansi unjuk rasa dan hanya dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

Baca Juga: Disebut Sebagai Pertanda Perang Besar, Fenomena Langka Sejak Zaman Aristoteles Terjadi di Tiongkok

Polres Metro Jakarta Selatan menemukan adanya indikasi pelajar dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab untuk ikut demonstrasi menolak Undang Undang Cipta Kerja.

Wakapolres Metro Jakarta Selatan AKBP Agustinus Agus Rahmanto di Mako Polres Jaksel, Jumat, mengatakan selain dimanfaatkan, para pelajar juga diiming-imingi imbalan.

"Ada indikasi seperti itu, karena jujur ada beberapa kejadian, satu-dua kita tanyakan diajak. Begitu dicari siapa orangnya yang mengajak udah tidak ada," kata Agus, seperti dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari Antara pada Jumat, 16 Oktober 2020.

Baca Juga: Masjid di Jerman dibakar Orang Tak Dikenal, Polisi Lakukan Penyelidikan

Polres Metro Jakarta Selatan telah mengamankan sebanyak 288 pelajar dalam dua kali pengamanan unjuk rasa yang berakhir ricuh pada 8 dan 13 Oktober 2020.

Para pelajar tersebut digelandang ke Mako Polres dari lokasi mereka kedapatan berkumpul dan bergerak menuju Istana seperti di Kolong Semanggi dan beberapa ruas jalan lainnya.

Menurut Agus, para pelajar tersebut datang bergerombol setelah mendapat ajakan berunjuk rasa lewat media sosial.

Baca Juga: Anggaran Mobil Dinas Diperkirakan Rp1.45 Miliar, Dewas KPK: Kami Tidak Tahu, Kami Menolak

Saat diamankan dan didata petugas, para pelajar mengaku hanya ikut-ikutan, tidak mengetahui pasti apa yang disuarakan dalam aksi penyampaian pendapat tersebut.

"Benar ini fakta, jadi kasihan adik-adik (pelajar) ini, jadi cuma datang rombongan 10-20 orang dan ada yang bawa mereka," ujarnya.

"Pelajar ini berfikir aman, merasa ada yang bawa, nanti ada yang tanggung jawab, pikirnya seperti itu," kata Agus.

Baca Juga: Minta Jokowi Bebaskan Syahganda dan Jumhur, Arief Poyuono: Saya Siap Beri 'Jaminan'

Beberapa pelajar yang didata memberikan keterangan soal diiming-imingi oleh orang yang tidak dikenal, tetapi tidak mengenal siapa yang akan memberikan imbalan.

"Itu kan memanfaatin juga. Momen-momen ini sebetulnya perlu kita cegah terjadi pada adik-adik (pelajar) kita," kata Agus

Hal tersebut juga mengundang pertanyaan bagaimana bisa pelajar ikut terlibat dalam unjuk rasa menolak UU Cipta Kerja padahal sebagian besar sekolah melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ)akibat Covid-19.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x