"Jadi saya menganggap apapun alasannya, itu seharusnya TNI bisa diperbantukan untuk menurunkan baliho-baliho itu, kalau Satpol PP gak bisa manjat dan gak punya cara untuk menurunkan," kata Rocky Gerung.
Rocky Gerung pun menilai bahwa pekerjaan menurunkan baliho, apalagi sampai memanjat, itu kurang mulia untuk TNI.
"Tapi kalau berseragam militer manjat ke situ (baliho), itu kurang mulia sebetulnya, karena nanti orang menganggap bahwa tugas TNI adalah menurunkan baliho," kata Rocky Gerung.
Baca Juga: Setuju dengan Acara Maulid di Petamburan, Nusron Wahid: Tapi Ada Pidato-pidato yang Tak Diperlukan
Meski demikian, Rocky Gerung mengaku bahwa dirinya memahami apa yang dirasakan oleh Pangdam.
"Tapi psikologi Pangdam bisa kita pahami. Dia tegas dalam urusan yang menyangkut kedaulatan dan lain sebagainya. Dari segi itu orang setuju saja. Tapi momen semacam ini, bukan momen yang tepat untuk gelar pasukan. Jadi komunikasi publiknya kurang tepat dilakukan oleh TNI," tutur Rocky Gerung.
Dia pun berpendapat bahwa tindakan TNI itu justru akan menimbulkan spekulasi dari masyarakat bahwa perintah penurunan baliho itu berasal dari Istana Negara.
Baca Juga: FPI Diusulkan Bubar oleh Pangdam Jaya, Refly Harun: Waduh, Mayjen Dudung Terlalu Jauh Melangkah
"Tentu akhirnya analisa pergi ke Istana. Karena kan aturan dalam TNI, kalau ada kegiatan yang non militer, itu harus berdasarkan perintah Istana. Jadi orang mulai menganalisa, apakah Pangdam membaca sinyal dari istana atau memang memperoleh instruksi dari istana," tutur Rocky Gerung.
Sehingga menurutnya, nantinya pemerintah harus menerangkan kepada publik terkait peristiwa itu, agar publik tidak menafsirkan sendiri terkait penurunan baliho itu.