Sinopsis Buku 'How Democracies Die' yang Dibaca Anies Baswedan pada Akhir Pekan Ini

22 November 2020, 13:58 WIB
Anies Baswedan menikmati akhir pekan dengan membaca buku berjudul "How Democracies Die" yang ditulis Steven Levitsky. /@aniesbaswedan/Twitter

PR BEKASI - Buku yang sedang dibaca oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies baswedan dalam foto yang diunggahnya di media sosial Twitter dan Instagram pribadinya membuat warganet gagal fokus.

Pasalnya, dalam unggahannya yang viral itu, Anies Baswedan sedang membaca buku berjudul "How Democracies Die" atau bila diterjemahkan ke Bahasa Indonesia menjadi "Bagaimana Demokrasi Mati".

Dengan mengenakan kemeja putih dan sarung merah marun, pria yang pernah menjabat sebagai menteri pendidikan dan kebudayaan itu tampak santai membaca buku tersebut.

Baca Juga: Bahas Ormas dan Orpol, Jimly Asshiddiqie: Aturannya Perlu Dipertegas dan Direvisi dengan Omnibus Law

Anies juga tak lupa untuk menyapa para pengikutnya di media sosial pada akhir pekan ini.

"Selamat pagi semua. Selamat menikmati Minggu pagi," kata Anies Baswedan di akun Twitter-nya (@aniesbaswedan).

Lantas, beberapa warganet berspekulasi bahwa buku yang cibaca Anies Baswedan tersebut menjurus pada sikap pemerintah yang dianggap tidak adil pada pihak oposisi.

Baca Juga: Anies Baswedan 'Sarapan' Buku How Democracies Die, Tsamara Amany: Menarik Memang

"Selamat pagi juga Pak Anies .. Judul bukunya sangat relevan dengan kondisi negeri saat ini ..," kata akun @16Dede***.

"Ngerii judul bukunya pa gub... Boleh di bedah nih... Agar kita makin cerdas," ujar akun @ HFaham***.

Dengan adanya rasa penasaran di benak warganet tentang isi buku bersampul hitam itu, berikut sinopsis singkat buku "How Democracies Die".

Baca Juga: Video Lama Viral Lagi Usai Usulan Pangdam, Habib Rizieq: FPI Dibubarkan, Besok Saya Bentuk Lagi!

Menelisik lebih jauh, buku "How Democracies Die" yang viral karena dibaca oleh Anies Baswedan tersebut merupakan karya seorang ilmuwan politik lulusan Universitas Harvard, yaitu Steven Levitsky dan Daniel Ziblat.

Buku yang diterbitkan pada 16 Januari 2018 lalu tersebut diketahui mempunyai tebal 380 halaman.

Isi dari buku tersebut menggambarkan bagaimana seorang pemimpin yang terpilih memiliki sumber daya serta akses mengubah proses demokrasi untuk memperkuat cengkraman kekuasaan secara perlahan di masyarakat.

Baca Juga: MTQ ke-52 Tingkat Kabupaten Bekasi Segera Digelar, Cikarang Pusat Jadi Tuan Rumahnya

Buku tersebut juga memaparkan bagaimana berbagai cabang pemerintahan dalam suatu sistem dengan pemisahan kekuasan yang mendapat legitimasi untuk melemahkan kelompok lain atau oposisi.

Buku tersebut diketahui dibuat untuk meneliti dinamika politik dalam negeri dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat tahun 2016, serta dinamika politik dalam masa pemerintah Presiden Donald Trump.

Seperti diketahui, Donald Trump merupakan salah satu presiden paling kontroversial dalam sejarah Amerika.

Baca Juga: Tandai Kesiapan Revolusi Industri 4.0, UNJ 'Ubah' Mahasiswanya Jadi Robot untuk Diwisuda

Ia dinilai kerap mengeluarkan kebijakan yang kontroversial, baik itu kebijakan dalam negeri maupun luar negeri.

Salah satu kebijaka Trump yang menjadi perhatian luas adalah pengakuannya terhadap Jerusalem sebagai ibu kota dari Israel yang membuat masyarakat dunia murka dan berpengaruh pada stabilitas perdamaian di Timur Tengah.***

Editor: Ikbal Tawakal

Tags

Terkini

Terpopuler