Jadi Satu-satunya Presiden AS dalam Sejarah, Donald Trump Beri 'Kado' Berlimpah untuk Israel Selama 4 Tahun

24 Januari 2021, 20:50 WIB
Masjid Al-Aqsa, Yerusalem, Israel. /Pixabay/@Umme

PR BEKASI - Donald Trump telah menggunakan empat tahunnya sebagai Presiden Amerika Serikat dengan menunjukkan komitmennya yang dalam kepada negara Zionis Israel.

Donald Trump telah berusaha agar memungkinkan Israel untuk mengambil kendali atas negara yang didudukinya, Palestina, dengan memberikan Israel keunggulan di wilayah tersebut.

Tidak ada Presiden AS lain yang berbuat dengan memberikan hadiah yang banyak kepada Israel melebihi Donald Trump.

Baca Juga: Eks HTI Senasib PKI Dilarang Ikut Pilpres dan Pilkada, Rocky Gerung: Pemerintah Buta Huruf Terhadap Demokrasi 

Sebelumnya, tidak ada yang berani mengakui Yerusalem sebagai ibu kota dan tidak ada yang berani memindahkan Kedutaan Besar AS ke kota suci tersebut yang terus jadi sengketa. Tidak ada juga yang berani mengakui aneksasi Israel atas Dataran Tinggi Golan Suriah yang diduduki.

Selain itu, tidak ada yang berani memberikan legitimasi pada permukiman Israel di tanah yang diduduki dan tidak ada yang berani menerima aneksasi Israel, termasuk rencana Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk memaksakan kedaulatan di Lembah Yordania yang diduduki.

Tambahan tindakan 'baik' Trump kepada Israel adalah menghentikan sumbangan AS ke Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA).

Hadiah besar lainnya yang diberikan Trump adalah apa yang disebut dengan Perjanjian Abraham.

Baca Juga: Aktivis ProDem Minta Maaf kepada Natalius Pigai: Semoga Tak Berdampak pada Suku Batak di Papua 

Di bawah perlindungan dan perantara Amerika Serikat, negara seperti UEA, Bahrain, Sudan,  dan Maroko menormalisasi hubungan dengan Israel tahun lalu.

Hadiah perpisahannya untuk negara pendudukan, bagaimana pun, adalah integrasi Pasukan Pertahanan Israel (IDF) bersama pasukan Arab dalam Komando Pusat AS (CENCOM), yang memiliki pangkalan di Pangkalan Udara Al-Udeid di Qatar.

Hal itu adalah sesuatu yang telah ditunggu dan diharapkan Israel sejak lama.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa rekonsiliasi Teluk antara Arab Saudi, UEA dan Bahrain di satu sisi, dan Qatar di sisi lain, dicapai atas perintah langsung dari Gedung Putih Trump.

Baca Juga: Masjid di Denmark Diserang, Umat Muslim Tuntut Pemerintah Jamin Keamanan Lebih Baik 

Dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari Middle East Monitor pada Minggu, 24 Januari 2021, organisasi-organisasi Yahudi Amerika telah menekan Washington untuk memasukkan IDF di CENTCOM, agar bisa menghubungkan keamanan nasional Israel dengan Amerika.

Akan tetapi pemerintahan sebelumnya selalu menolak permintaan tersebut, mengingat sensitivitas antara negara-negara Arab dan negara pendudukan.

Keputusan terbaru tampaknya sedikit akademis, bagaimana pun, mengingat bahwa IDF telah memiliki kehadiran yang kuat di jantung pengambilan keputusan militer AS selama beberapa tahun.

Tak hanya itu, fakta bahwa perang Amerika di Timur Tengah, terutama di Irak, telah  diperjuangkan untuk mempertahankan negara pendudukan dan untuk mempertahankan hegemoni.

Baca Juga: Jawab Tudingan Erick Thohir Semakin 'Gila' Bagi-bagi Jabatan, Budiman Sudjatmiko: Padahal Saya Enggak Minta 

Hal ini sebenarnya dikonfirmasi setelah Perang Teluk kedua, ketika Jenderal Norman Schwarzkopf, komandan Komando Pusat AS antara 1988 dan 1991, dengan bangga mengatakan kepada para pemimpin Israel bahwa dia telah menghancurkan tentara Irak atas nama mereka dalam Operasi Badai Gurun.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Middle East Monitor

Tags

Terkini

Terpopuler