Yordania Kecam Israel Atas Pembobolan Masjid Al-Aqsa oleh Yahudi Radikal

1 Maret 2021, 09:57 WIB
Juru bicara Yordania menyebut tindakan Israel sebagai pelanggaran berat terhadap status quo sejarah dan hukum serta pelanggaran hukum internasional dan komitmen yang dibuat oleh Israel. /REUTERS /

PR BEKASI – Para pejabat Yordania mengecam keputusan pemerintah Israel yang mengizinkan 230 orang Yahudi radikal masuk ke Masjid Al-Aqsa di Jerusalem, Tepi barat yang duduki pada Minggu, 28 Februari 2021.

Diketahui, mereka membobol Masjid Al-Aqsa untuk merayakan hari raya purim dengan mabuk-mabukan dan mengacungkan botol anggur di luar salah satu gerbang masjid..

Daifallah Al-Fayez, juru bicara Kementerian Luar Negeri Yordania, mengatakan bahwa polisi Israel mengizinkan ratusan kelompok Yahudi radikal masuk ke Masjid Al-Aqsa tanpa koordinasi dengan pejabat Wakaf Yordania.

Baca Juga: Tegas Tolak Perpres Investasi Miras, Christ Wamea: Papua Bukan Tempatnya Melegalkan Miras

Baca Juga: Kembali Merosot, Harga Bitcoin Terjun Payung 6,39 Persen jadi Rp615 Juta

Baca Juga: Amien Rais Kehabisan Kata-Kata karena Jokowi: Anda Sebetulnya sedang Hancurkan Akhlak atau Moralitas Bangsa

Juru bicara Yordania menyebut apa yang dilakukan oleh Israel tersebut merupakan sebuah pelanggaran berat.

"Tindakan Israel tersebut merupakan bentuk pelanggaran berat dari status quo sejarah dan hukum serta pelanggaran hukum internasional dan komitmen yang dibuat oleh Israel," katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Arab News.

Al-Fayez menekankan bahwa departemen Wakaf Jerusalem adalah satu-satunya pihak legal yang bertanggung jawab atas pengelolaan masjid, termasuk memutuskan siapa yang boleh masuk.

Al-Fayez mengatakan bahwa Israel harus menghormati status quo dan otoritas pejabat wakaf yang berbasis di Jerusalem.

Baca Juga: Nurdin Abdullah Bersumpah Tak Terima Suap, KPK: Kami Miliki Bukti Kuat

Selain Masjid Al-Aqsa, diketahui Masjid Ibrahimi di Hebron juga mengalami hal yang serupa.

Bahkan Masjid Ibrahimi dilarang mengumandangkan azan selama hari raya purim yang berlangsung selama tiga hari tersebut.

Tindakan Israel itu terjadi pada saat media negara itu mengklaim bahwa Menteri Pertahanan Israel Jenderal Benny Gantz mengadakan pertemuan tanpa pemberitahuan dengan Raja Yordania pada Jumat, 26 Februari 2021 lalu.

Yordania belum mengomentari masalah ini dan media Yordania relatif diam, kecuali untuk beberapa media yang menerbitkan ulang laporan media Israel.

Baca Juga: Perpres Investasi Miras Dinilai Sesuai Kearifan Lokal, Pengamat: Kalau Tak Ada Miras, Tak Ada Turis Datang

Gantz, pemimpin partai Biru dan Putih, dilaporkan sebelumnya mengatakan kepada anggota partainya bahwa dia sedang melakukan pertemuan rahasia dengan pejabat tinggi Yordania.

Gantz secara terbuka mengkritik Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu karena gagal meningkatkan hubungan dengan Yordania.

"Saya pikir hubungan kami dengan Jordan bisa 1.000 kali lebih baik. Sayangnya, Netanyahu adalah sosok yang tidak diinginkan di Yordania, dan kehadirannya merusak hubungan kedua negara," katanya.

Baca Juga: Tragis! Seekor Ayam Jantan Bunuh Majikannya saat Sabung Ayam di India

Raja Yordania tidak senang dengan cara Israel melanggar perjanjian yang dicapai di Amman pada tahun 2014 di hadapan Menteri Luar Negeri AS saat itu John Kerry, Netanyahu dan raja Yordania.

Perjanjian tersebut berisi mereka telah setuju bahwa Masjid Al-Aqsa adalah untuk Muslim untuk berdoa dan agar semua orang lain berkunjung.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: Arab News

Tags

Terkini

Terpopuler