Korea Utara Curi Uang Virtual Senilai Rp4.4 Miliar untuk Danai Rudal Nuklir dan Balistik

- 14 Februari 2021, 14:46 WIB
Presiden Korea Utara Kim Jong Un.
Presiden Korea Utara Kim Jong Un. /Instagram/@kimjongun_official_dprk

PR BEKASI – Laporan rahasia PBB mengungkap Korea Utara telah mencuri mata uang virtual (Kripto) bernilai 314.4 dolar atau sekitar Rp4.4 miliar (kurs Rp14.000)

Mata uang virtual itu dicuri lewat serangan siber dalam beberapa bulan terakhir untuk mendukung program rudal nuklir dan balistik yang dilarang dunia internasional.

Laporan itu disusun oleh panel ahli yang memantau sanksi terhadap Pyongyang. Lebih lanjut pencurian aset virtual terjadi di tahun 2019 hingga November 2020.

Lembaga keuangan dan bursa diretas untuk menghasilkan pendanaan bagi pengembangan nuklir dan rudal Pyongyang sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari AFP Minggu, 14 Februari 2021.

Baca Juga: Beredar Foto Jokowi Bersama Abu Janda Cs, Rocky Gerung: Ada Peternakan Buzzer dan Budak Politik di Istana

Baca Juga: Ferdinand Sebut Anies Tak Punya Tata Krama karena Foto Jokowi Dipajang Tidak Lebih Tinggi

Baca Juga: Mitos atau Fakta, Tidur dengan Rambut Basah Bisa Sebabkan Sakit Kepala hingga Flu

Sebagian besar keuntungan berasal dari dua pencurian akhir tahun lalu.

Korea Utara dikenal mengoperasikan pasukan ribuan peretas terlatih yang telah menyerang perusahaan, institusi, dan peneliti di Korea Selatan dan di tempat lain.

Negara komunis itu juga dituduh mengeksploitasi kemampuan dunia maya untuk keuntungan finansial.

Korea Utara berada saat ini diketahui berada di bawah serangkaian sanksi internasional atas program senjata nuklir dan rudal balistik yang dilarang.

Baca Juga: Punya Uang Rusak? Segera Tukarkan ke Bank Indonesia, Pastikan Keaslian Uang Anda!

Kesemuanya telah berkembang pesat di bawah pimpinan Kim Jong Un.

Pertemuan puncak antara Kim dan Presiden AS Donald Trump di Hanoi pada Februari 2019 gagal karena tidak ada berhasil mencapai kesepakatan.

Pembicaraan nuklir telah terhenti sejak itu, sementara Korea Utara memamerkan beberapa rudal baru pada parade militer saat bulan Oktober dan bulan lalu, ketika Kim berjanji untuk memperkuat persenjataan nuklirnya.

Baca Juga: Minta GAR ITB Dibubarkan, Christ Wamea: Kumpulan Buzzer yang Kerjanya Hanya Bikin Gaduh Saja

PBB mengatakan sedang menyelidiki peretasan September 2020 terhadap pertukaran uang kripto yang mengakibatkan uang kripto senilai 281 juta dolar atau setara Rp3.9 miliar dicuri.

"Analisis awal, berdasarkan vektor serangan dan upaya selanjutnya untuk mencuci barang haram itu sangat menunjukkan adanya hubungan dengan DPRK," kata laporan itu, menggunakan inisial nama resmi Korut.

Kemampuan perang dunia maya Pyongyang pertama kali menjadi terkenal secara global pada tahun 2014 ketika dituduh meretas Sony Pictures Entertainment sebagai balas dendam atas "The Interview", film satir yang mengejek pemimpin Kim.

Baca Juga: Mufti Agung Mesir Bolehkan Umat Islam Kerja di Proyek Pembangunan Gereja dengan Imbalan Gaji

Serangan tersebut mengakibatkan beberapa film yang belum dirilis serta banyak sekali dokumen rahasia tersebar secara online.

Para peretas Korea Utara diduga meningkatkan kampanye untuk mengumpulkan dana dengan menyerang pertukaran mata uang kripto karena nilai bitcoin dan mata uang siber lainnya melonjak.

Mereka disalahkan atas serangan siber global ransomware WannaCry 2017, yang menginfeksi sekitar 300.000 komputer di 150 negara yang mengenkripsi file pengguna dan menuntut ratusan dollar dari pemiliknya untuk mendapatkan kunci untuk mendapatkannya kembali.

Namun Pyongyang membantah tuduhan itu dengan mengatakan Korea Utara tidak ada hubungannya dengan serangan dunia maya".***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: France24


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x