Polusi Udara Bisa Perburuk Infeksi Covid-19, Salah Satunya Rusak Kekebalan Tubuh

- 17 Juli 2021, 21:14 WIB
Sebuah studi AS mengungkapkan bahwa polusi udara dan udara kotor dapat memperburuk infeksi Covid-19.
Sebuah studi AS mengungkapkan bahwa polusi udara dan udara kotor dapat memperburuk infeksi Covid-19. /Reuters/Stringer

PR BEKASI - Sebuah studi AS mengungkapkan bahwa  udara kotor dan polusi udara dapat memperburuk infeksi Covid-19.

Dengan udara kotor yang dihirup manusia dapat membuat perbedaan dalam hasil ketika terinfeksi Covid-19.

Para peneliti juga menemukan bahwa dengan tinggal di daerah yang lebih tercemar, termasuk di dekat pembuangan air limbah dan di dekat lalu lintas padat dapat memperburuk infeksi Covid-19.

Baca Juga: Pandemi Covid-19 di Indonesia Seperti Film Horor, Media Asing Sebut Pulau Jawa Berada di Ambang Kehancuran

"Kuncinya adalah bahwa tinggal di lingkungan yang lebih tercemar merupakan faktor risiko independen untuk keparahan penyakit Covid-19," kata Dr. Anita Shallal selaku penulis studi dari Rumah Sakit Henry Ford di Detroit, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari UPI, Sabtu, 17 Juli 2021.

Menurut American Lung Association, Detroit termasuk kota paling tercemar ke-12 di AS, diukur dengan polusi partikel halus sepanjang tahun.

Hal itu karena populasi yang berpenghasilan rendah dan minoritas sering tinggal di daerah yang lebih tercemar.

Baca Juga: Muhadjir Effendy Sebut Indonesia Darurat Militer, Fadli Zon: Ngawur, Ini Kurangnya Konsep Penanganan Covid-19

"Penelitian ini juga menarik perhatian pada ketidaksetaraan sistemik yang mungkin menyebabkan perbedaan mencolok dalam hasil Covid-19 di sepanjang garis ras dan etnis," kata Shallal.

"Komunitas kulit berwarna lebih mungkin berlokasi di daerah yang lebih dekat dengan polusi industri, dan bekerja di bisnis yang membuat mereka terpapar polusi udara," katanya.

Sementara Dr. Theodore Maniatis selaku direktur medis di Staten Island University Hospital di New York City, mengatakan bahwa temuan tersebut terlihat masuk akal.

Baca Juga: Pemerintah Pasok 'Obat' Covid-19 Tanpa Bukti Ilmiah, Epidemiolog: Perlu Dihabiskan karena Terlanjur Dibeli

Dia juga mengatakan bahwa paru-paru bekerja dalam keseimbangan halus yang mudah terganggu oleh udara kotor.

 "Apa pun yang mengganggu keseimbangan itu kemungkinan akan meningkatkan risiko infeksi paru-paru dan menurunkan kemampuan paru-paru untuk membersihkan infeksi semacam itu," kata Maniatis.

Dalam studi tersebut, tim Shallal mengumpulkan data tentang tempat tinggal para peserta, serta data dari Badan Perlindungan Lingkungan dan sumber lain tentang tingkat polutan lokal termasuk PM2.5, ozon, dan cat timbal.

Baca Juga: Jadi Biang Kerok Penular Covid-19 di Vietnam, Pria Ini Dihukum 18 Bulan Penjara

Mereka menggunakan data ini untuk mengeksplorasi hubungan antara hasil Covid-19 dan paparan berbagai polutan.

Hasilnya untuk pasien Covid-19 yang tinggal di daerah dengan tingkat PM2.5 dan cat timbal yang lebih tinggi lebih memungkinkan untuk dirawat di ICU dan memerlukan ventilasi mekanis, dibandingkan dengan mereka yang tinggal di lingkungan yang kurang tercemar.

Namun faktanya, setiap peningkatan kecil dalam paparan PM2.5 jangka panjang menghasilkan dua kali kemungkinan tinggal di ICU dan lebih dari tiga kali kemungkinan ventilasi mekanis.

Baca Juga: Vaksinasi Covid-19 Berbayar Mulai Agustus, Malaysia Jual Vaksin Sinovac dan Sinopharm Secara Komersial

Tetapi,hal itu tidak terkait dengan risiko kematian yang lebih besar.

Mereka juga mencatat bahwa penelitian ini tidak dapat membuktikan sebab-akibat, hanya polusi yang dikaitkan dengan hasil Covid-19 yang lebih buruk.

Para peneliti juga menemukan risiko yang lebih besar untuk pasien yang berjenis kelamin laki-laki, berkulit hitam, obesitas atau dengan kondisi kesehatan jangka panjang yang parah dapat dirawat di ICU.

Baca Juga: Diminta Warganet Stop Posting soal Covid-19, Imam Darto: Coba Ngomong Gitu Sama Nakes

Menurut penelitian, laki-laki, obesitas atau memiliki kondisi kesehatan jangka panjang yang parah juga merupakan prediktor kematian.

Dalam siaran pers Shallal mengatakan bahwa belum jelas bagaimana polutan udara dapat berkontribusi pada penyakit yang lebih parah.

Tetapi dia berteori bahwa mungkin paparan polusi udara dalam jangka panjang dapat merusak sistem kekebalan tubuh, yang mengarah pada peningkatan kerentanan terhadap virus dan infeksi virus yang lebih parah.

Baca Juga: Berita Hoaks Soal Vaksin Covid-19 Bertebaran, Joe Biden: Mereka Telah Membunuh Orang-orang

"Partikel halus dalam polusi udara juga dapat bertindak sebagai pembawa virus, meningkatkan penyebarannya," ujar Shallal.

"Penelitian lebih lanjut yang mendesak diperlukan untuk memandu kebijakan dan perlindungan lingkungan, untuk meminimalkan dampak Covid-19 di komunitas industri tinggi yang merupakan rumah bagi penduduk kita yang paling rentan," ujarnya, menambahkan.

Sedangkan Irene Galperin selaku kepala kedokteran paru di Long Island Jewish Forest Hills, New York City, mengatakan bahwa menghirup partikel halus dapat menyebabkan peradangan kronis.

Baca Juga: Anggap Covid-19 Hanya Konspirasi, Muhammadiyah: Pertanda Masalah Kesehatan Mental

"Berkurangnya respons kekebalan dan berkurangnya kemampuan paru-paru untuk menyembuhkan dan memperbaiki dirinya sendiri," kata Galperin.

Galperin mengatakan bahwa, berdasarkan studi terbaru ini, pasien dengan riwayat paparan semacam itu lebih mungkin mengembangkan penyakit Covid- 19 yang parah.

Para ahli juga mencatat bahwa temuan yang dipresentasikan pada pertemuan medis dianggap awal sampai diterbitkan dalam jurnal peer-review.***

Editor: Elfrida Chania S

Sumber: UPI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah