PM Libya Ingin Mengundurkan Diri Akhir Oktober Mendatang, Ketegangan Politik Diduga Bisa Terjadi

- 17 September 2020, 13:51 WIB
Fayez al-Sarraj, Perdana Menteri Libya menyatakan akan mengundurkan diri pada Oktober mendatang.
Fayez al-Sarraj, Perdana Menteri Libya menyatakan akan mengundurkan diri pada Oktober mendatang. /Aljazeera/

Disebutkan bahwa perang saudara yang terjadi di negara itu telah menarik berbagai kekuatan regional dan internasional.

Uni Emirat Arab, Mesir, dan Rusia mendukung LNA sementara Turki mendukung GNA.

Baca Juga: Wanita Tertindih Lift hingga Tewas, Saksi Mata: Saya Mendengar Jeritan Histeris

Namun, kedua pihak di Libya terbentuk dari koalisi tidak stabil, yang mendapat tekanan sejak Turki membantu GNA menghentikanserangan LNA selama 14 bulan di Tripoli pada Juni lalu.

Sementara blokade ekspor energi yang dilakukan di LNA sejak Januari lalu telah membuat Libya kehilangan sebagian besar pendapatan.

Keadaan tersebut dinilai memperburuk standar hidup masyakat dan ikut memicu protes di kota-kota yang dikendalikan oleh kedua belah pihak.

Baca Juga: Ratusan Dokter Gugur Saat Perang Lawan Covid-19, IDI Desak Pemerintah Serius Bentuk Komite Kesehatan

Di Tripoli, serangkaian demonstrasi dikabarkan telah menyebabkan peningkatan ketegangan antara Sarraj dan menteri dalam negeri yang berpengaruh, Fathi Bashagha. Dia sempat diskors pada Agustus sebelum kembali menjalankan jabatanya.

Pengunduran diri Sarraj dinilai dapat menimbulkan pertikaian baru di antara tokoh-tokoh senior GNA lainnya.

Juga di antara kelompok-kelompok bersenjata dari Tripoli dan kota pesisir Misrata di Bashagha, yang memegang kendali di lapangan.

Halaman:

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: Permenpan RB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x