HRS Borong Gugatan, Pakar: Harus Bertanggungjawab atas Penguasaan Fisik Tanah

- 22 Februari 2021, 14:16 WIB
Habib Rizieq Shihab bersiap menjalani pemeriksaan di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Sabtu, 12 Desember 2020.
Habib Rizieq Shihab bersiap menjalani pemeriksaan di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Sabtu, 12 Desember 2020. /Fauzan/Antara

PR BEKASI - Habib Rizieq Shihab dinilai oleh pakar hukum pidana dari Universitas Indonesia, Indriyanto Seno Adji, sebagai pihak yang harus bertanggungjawab dalam kasus dugaan penyerobotan tanah milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII di Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Dia menyebut Habib Rizieq termasuk ke dalam pihak yang harus bertanggungjawab.

"Yang bertanggungjawab adalah pihak yang melakukan penguasaan fisik atas tanah tersebut," ujar Indriyanto, sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari Antara pada Senin, 22 Februari 2021.

Baca Juga: Banjir Bukti Anies Baswedan Tak Mampu Jadi Gubernur, Gus Sahal: Buat Apa Punya Pemimpin Seiman Tapi Zalim

Baca Juga: Klaim Lebih Cepat Surut, Anies Baswedan Beberkan Caranya Atasi Banjir Jakarta

Baca Juga: Desak Jokowi Pecat Novel Baswedan, Dewi Tanjung: Selama Masih Ada Novel, KPK Tidak Akan Profesional

PTPN sebelumnya sudah mengajukan gugatan perihal masalah ini ke pihak Kepolisian.

Habib Rizieq, diduga telah menggunakan lahan PTPN VIII tanpa izin, guna mendirikan Pondok Pesantren Alam Agrokultural Markaz Syariah.

Atas tuduhan tersebut, Habib Rizieq pun menjadi tersangka dan dikenakan Pasal 107 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014, tentang tindak pidana kejahatan perkebunan.

Tak hanya itu, dia juga menjadi tersangka atas pelanggaran Pasal 69 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang kejahatan penataan ruang, Pasal 167 KUHP tentang memasuki pekarangan tanpa izin, Pasal 385 KUHP tentang Penyerobotan Tanah, dan Pasal 480 KUHP tentang Penadahan.

Baca Juga: Siasat Capai Target Pemilu 2024, PKS: Jangan Abaikan Peran 'Emak-Emak' Militan dan Milenial

Disampaikan Indriyanto, penegak hukum yang menerapkan hukum dapat melakukan penyitaan lahan milik PTPN VIII tersebut.

"Dalam rangka menindaklanjuti laporan pidana PTPN, pihak penegak hukum dapat melakukan tindakan upaya paksa atau coercive force dengan melakukan penyitaan terhadap tanah tersebut," ujarnya.

Menurutnya, sengketa lahan antara Habib Rizieq dan PTPN VIII sebaiknya diselesaikan dengan jalan hukum.

Baca Juga: Batalkan Lagi Perjalanan dari dan Menuju Jakarta, KAI Minta Pemilik Tiket Kereta Hubungi Call Center

Dia menyatakan prinsip negara yang mengatakan setiap orang sama di depan hukum harus ditegakkan tanpa ada diskriminasi dalam bentuk apapun.

Lebih lanjut, Indriyanto memaparkan bahwa Habib Rizieq pun dapat dikenakan gugatan perdata terhadap penguasaan melawan hukum secara fisik oleh pihak ketiga.

"Gugatan perdata tidak mengganggu proses hukum pidana yang sedang berjalan. Walau sebaiknya dilakukan secara case by case basis saja," katanya.

Sementara itu, sebelumnya pakar pertanahan dari Dewan Nasional Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) Iwan Nurdin menyatakan, FPI tidak memiliki hak untuk mendapatkan ganti rugi jika PTPN VII hendak mengambil lahannya.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Mingguan 22-27 Februari 2021: Libra, Scorpio, Sagitarius, dan Capricorn

Dia menilai, FPI telah melanggar banyak undang-undang (UU) dalam polemik ini.

"Terutama UU Perkebunan mereka langgar dan ada denda yang kurang lebih Rp4 miliar kalau melakukan penyerobotan tanah perkebunan yang telah memiliki HGU." ucap Iwan.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah