Sebut NasDem dan Golkar 'Selingkuh', Refly Harun: Saya Kira Manuver Surya Paloh Bikin Koalisi Istana Pusing

- 2 Maret 2021, 09:26 WIB
Silaturahmi akhir pekan keluarga (Golkar-Nasdem), Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto bersama dengan Ketua Umum Partai Nasdem bapak Surya Paloh, Jakarta, Minggu, 14 Februari 2021. /Instagram.com/@golkar.indonesia
Silaturahmi akhir pekan keluarga (Golkar-Nasdem), Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto bersama dengan Ketua Umum Partai Nasdem bapak Surya Paloh, Jakarta, Minggu, 14 Februari 2021. /Instagram.com/@golkar.indonesia /

PR BEKASI - Pakar hukum tata negara Refly Harun turut menyoroti pertemuan Ketum Golkar Airlangga Hartarto dengan Ketum Nasdem Surya Paloh di Pulau Kali Age, Kepulauan Seribu pada Minggu, 14 Februari 2021.

NasDem menawarkan koalisi untuk mengusung capres-cawapres bersama Golkar pada Pilpres 2024 mendatang.

Posisi capres akan diisi tokoh hasil konvensi yang digelar NasDem, sementara cawapres akan diberikan kepada Golkar.

Menurut Refly Harun, NasDem dan Golkar sudah 'selingkuh' dari lingkaran koalisi Istana karena mereka telah start duluan membentuk arus baru.

Baca Juga: Clozapine Diminum Sesuai Resep Dokter, Millen Cyrus Akan Rawat Jalan ke BNNK Jakarta Selatan

Baca Juga: Neno Warisman Akui Pernah Ditawari jadi Anggota DPR: Aku Nggak Sanggup

Baca Juga: Diduga Salah Paham di Jalanan, Dua Geng Motor Bentrok Tewaskan Satu Orang di Bandung

Manuver yang diambil NasDem ini menurut Refly Harun telah membuat pusing koalisi Istana.

"Saya kira manuver Surya Paloh ini sudah membuat sakit kepala koalisi Istana," ucapnya sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari kanal YouTube Refly Harun, Selasa, 2 Maret 2021.

"Jadi kalau dikatakan Nasdem dan Golkar selingkuh itulah yang terjadi bahwa mereka berancang-ancang membentuk arus baru," sambungnya.

Hal ini tentunya menambah skenario baru di Pilpres 2024 mendatang, yang jelas," ujar Refly Harun, desas desus bahwa NasDem ingin membuat arus baru ternyata tidak salah.

Baca Juga: Sindir 'Pecatan' Partai Demokrat, Roy Suryo Pamerkan Sertifikat Hasil Penataran

"NasDem sudah mulai ancang-ancang untuk membuat mainstream, arus utama, dan tidak lagi mau mengekor PDIP atau Gerindra," tuturnya.

Refly Harun yakin manuver ini diambil NasDem karena Surya Paloh tahu diri bahwa dirinya dan anaknya tidak begitu populer dalam elektabilitas survei Capres dan Cawapres.

"Surya Paloh lebih mau bertindak sebagai king maker," ungkapnya.

Tetapi sebagai partai, menurut Refly Harun, NasDem adalah yang paling fleksibel untuk mengusung calon-calon lainnya.

Baca Juga: Ungkap Sejarah Partai Demokrat, Syahrial Nasution: Memang Disiapkan untuk SBY sebagai Kendaraan Pemilu 2004

Karena kalau Gerindra sudah bisa dipastikan Prabowo, sementara PDIP bisa dipastikan Puan Maharani jika elektabilitasnya melejit.

Kalau tidak pun maka pasti kader PDIP lain yang akan dijagokan dan tidak mungkin kader dari partai lain.

"PKB dan PPP bisa dibilang figuran, karena itu yang harus dan bisa menyaingi arus yang saat ini berkuasa adalah NasDem," katanya.

NasDem pun diyakininya dapat menggandeng beberapa partai lain selain Golkar, seperti PKS yang kita ketahui tidak memiliki tokoh yang kuat dan terbuka terhadap calon-calon lain yang dianggap mereka baik.

Baca Juga: Pekerja Migran Asal Pati Alami Kebutaan Setelah Disiksa Majikannya di Singapura

"Kemudian PAN, walaupun Zulkifli Hasan sesungguhnya masih berambisi untuk menjadi Wapres tetapi tentunya harus tahu diri kalau harus berhadapan dengan Airlangga Hartarto yang tentu lebih powerful, dari sisi ekonomi, partai, dan lain sebagainya," tuturnya.

Oleh karena itu Refly Harun berkesimpulan bahwa hal yang paling gampang ditebak adalah NasDem akan mengusung Anies Baswedan sebagai calon presidennya.

"Hal yang paling gampang ditebak sesungguhnya, seperti dikatakan banyak pengamat, NasDem sebenarnya mengincar Anies Baswedan untuk menjadi calon presiden," ucapnya.

Refly Harun yakin ini adalah peluang terbesar Anies Baswedan untuk maju karena Gubernur DKI Jakarta itu tidak akan memiliki pesaing di Partai NasDem.

Baca Juga: Refly Harun Pertanyakan Tujuan Perpres Investasi Miras: Apakah Sekadar Uang?

"Kalau komitmennya jelas maka ke depan pasangannya adalah Anies Baswedan dan Airlangga Hartarto dan sangat mungkin yang mendukung selain NasDem dan Golkar, bisa juga PKS, PAN, bahkan Demokrat," tuturnya.

"Lalu yang tertinggal adalah 4 partai Istana, yaitu Gerindra, PDIP, PKB, dan PPP," sambungnya.

Keempat partai tersebut diyakini Refly Harun akan bergandengan dalam Pilpres 2024.

"Kalau pertarungannya begini jadi agak lebih menarik, mudah-mudahan faktor Nasdem ini tidak menjadikan cukong Istana menguasai semua partai politik," ungkapnya.

Baca Juga: Tolak Mobil Dinas Baru, Bupati dan Wabup Pasaman Barat: Anggaran Bisa untuk Kepentingan Masyarakat

Refly Harun berpendapat, koalisi Golkar-NasDem ini akan sangat melegakan Anies Baswedan.

"Artinya sedikit ada jaminan bahwa Anies bisa menjadi capres karena dia tidak memiliki Parpol, dan faktor Nasdem ini adalah faktor yang bisa dikatakan determinan," ucapnya.

"Karena AHY dan Zulkifli dipandang tidak terlalu kuat dan jika PKS tidak mau beresiko, mereka akan mengambil pasangan Anies dan Airlangga sebagai pasangan yang mau di-endorse, maka yang terjadi adalah sisa Demokrat dan PAN," sambungnya.

Namun Refly Harun yakin Demokrat dan PAN tidak akan keberatan jika nantinya mereka bergabung dengan koalisi Golkar dan NasDem karena ada sosok Anies Baswedan di situ.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: YouTube Refly Harun


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah