"Yang kami takutkan adalah kita salah mendidik generasi depan, bahwa beginilah kejujuran tidak dihargai di Republik ini, dan itu menyedihkan sekali," kata Giri Suprapdiono.
Giri Suprapdiono juga tak habis pikir karena dia adalah salah satu orang yang membangun sistem politik di KPK, tapi disingkirkan dengan cara yang tidak hormat.
"Dibilang ini hanya penindakan, tetapi mereka menghilangkan orang-orang yang membangun sistem. Saya ketua yang membangun sistem-sistem politik bersama Pak Sujanarko, menambah pendanaan parpol, tapi kita disingkirkan juga," tutur Giri Suprapdiono.
Giri Suprapdiono juga menyebut bahwa kini slogan KPK sudah berubah dari "Berani Jujur, Hebat!" menjadi "Berani Jujur, Disingkirkan!".
"Ini bukan sekadar tentang penindakan, orang bangun sistem disingkirkan, orang mendidik disingkirkan, dan 16 tahun membangun 'Berani Jujur, Hebat!' sekarang menjadi 'Berani Jujur, Dipecat!', dan ini adalah kemunduran bagi bangsa ini," kata Giri Suprapdiono.
Senada dengan apa yang disampaikan Giri Suprapdiono, Kasatgas Penyidik KPK Harun Al Rasyid juga menegaskan bahwa dirinya akan menolak hasil keputusan terkait 75 pegawai KPK yang tak lulus TWK.
"Saya juga bertekad dengan kawan-kawan yang sudah 75 itu, siapa pun di antara yang 75 itu terpilih menjadi 24, kami akan tolak itu semua. Kami akan terus berjuang melawan kezaliman dan ketidakadilan ini," ujar Harun Al Rasyid.
Sama seperti Giri Suprapdiono, Harun Al Rasyid juga merasa martabat dirinya dan keluarganya sudah dinistakan akibat dicap radikal dan tak berwawasan kebangsaan usai dinyatakan tak lulus TWK.***