Media Asing Soroti Pasar di Indonesia Bandel Jual Hewan Hidup Termasuk Kelelawar Setelah Covid-19

- 10 Juli 2021, 17:32 WIB
Media asing menyoroti soal pasar di Indonesia yang masih menjual hewan hidup, juga kelelawar, walau sudah dilarang WHO dan usai setahun pandemi Covid-19 dari China
Media asing menyoroti soal pasar di Indonesia yang masih menjual hewan hidup, juga kelelawar, walau sudah dilarang WHO dan usai setahun pandemi Covid-19 dari China /Salmar/PIXABAY

PR BEKASI - Salah satu media asing, The Independent, menyoroti kios kaki lima di Indonesia yang masih menjual berbagai hewan termasuk kelelawar, walau binatang tersebut diidentifikasi sebagai kemungkinan sumber Covid-19.

Dikatakan media tersebut, kios kaki lima masih menyembelih hewan termasuk kelelawar, meski lebih dari Covid-19 merajalela setelah pasar di China ditutup usai kejadian virus.

Pihak berwenang di China menutup pasar di Wuhan dan melarang penjualan hewan hidup di jalan.

Baca Juga: Disebut-sebut Jadi Penyebab Utama Covid-19, Tim WHO Akan Selidiki Gua Kelelawar di Wuhan

Hal itu dilakukan dalam upaya membersihkan reputasi negara setelah wabah virus Covid-19.

Sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari The Independent pada Sabtu, 10 Juli 2021, para ilmuwan menduga virus itu berasal dari kelelawar yang dijual di Wuhan.

Mereka juga menduga virus melompat ke manusia melalui spesies hewan lain, kemungkinan trenggiling.

Baca Juga: Setelah Dikonsumsi Berbulan-bulan, Keluarga Ini Kaget Temukan Bangkai Kelelawar di Dasar Toples Saus

Akan tetapi, para penyelidik di Pulau Sulawesi, salah satu yang terbesar di Indonesia, menemukan penjual yang meneriakan kelelawar dan tikus, di samping babi, anjing, ular, katak, ayam, dan bebek.

Banyak dari hewan tersebut yang tampak dijejalkan ke dalam kandang, diikat, atau dibakar.

Pedagang juga menjual anak ayam yang telah diwarnai dengan warna-warna cerah.

Baca Juga: Bergelantungan di Kabel Rumah Warga, Kelelawar Raksasa di Filipina Buat Merinding Warganet

Anak ayam tersebut untuk menarik pembeli kecil untuk merawatnya sebagai hewan peliharaan, tetapi tak mungkin bertahan hidup.

Sumber mengatakan kepada penyelidik dari organisasi kesejahteraan hewan Four Paws, pasar di daerah itu terus berfungsi tanpa terpengaruh pandemi Covid-19.

Meskipun sudah ada seruan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WH0) agar penjualan hewan hidup di jalanan dihentikan.

Baca Juga: Meski Disebut Jadi Sumber Virus Corona, Kelelawar Masih Dikonsumsi di Indonesia

Para ahli mengatakan kondisi pasar hewan hidup yang tidak sehat adalah tempat berkembang biaknya penyakit zoonosis.

Yakni penyakit yang kemungkinan dapat berpindah dari hewan ke manusia.

Menjejalkan spesies ke dalam kandang dalam kondisi yang tidak alami secara drastis meningkatkan tingkat stres hewan.

Baca Juga: Kelelawar Buah di Indonesia Jadi Agen Virus, Salah Satunya Virus Corona

Tindakan seperti itu dapat membuat para hewan lebih rentan terjangkiti penyakit.

Selain itu, menempatkan jenis hewan untuk kontak dekat dengan hewan yang biasanya tidak akan pernah bertemu di alam liar.

Disampaikan para peneliti akan meningkatkan kemungkinan virus berpindah antar spesies.

Saksi yang mengunjungi tiga pasar tersebut mengatakan kondisi tersebut sangat tidak sehat dan kejam.

Baca Juga: Kelelawar Diduga Sumber Penyebaran Virus Corona, Ternyata Bersih dan Bisa Hidup Lama

Kelelawar, anjing dan burung ditemukan dalam jumlah besar di pasar Langowan dan pasar Karombasan.

Media tersebut juga menyatakan banyak kelelawar ditemukan di pasar Beriman, serta tikus, setumpuk ular, dan anak ayam yang diwarnai.

Dikatakan hal itu sebagai sebuah gimik penjualan yang brutal dan beracun untuk memikat orang tua membelikan hewan pada anak-anaknya.

Baca Juga: WHO: Tragis ketika Kasus Kematian Global Covid-19 Sentuh Angka 4 Juta Jiwa Manusia

Anjing-anjing yang terluka dijejalkan dalam kandang kecil, menunggu untuk disembelih.

Para pekerja tidak mengenakan sarung tangan ketika mereka menangani hewan mati atau hidup.

Tak hanya itu, dikuti The Independent dari Four Paws, sebagian kios menutupi tempat jualannya dengan bagian tubuh hewan dan lantai yang tergenang darah serta belatung.

"Covid-19 seharusnya membuat kita lebih memperhatikan bagaimana kita memperlakukan hewan," kata seorang penyidik.

Baca Juga: WHO 'Marahi' Negara-negara yang Terburu-buru Cabut Aturan Lockdown, Khawatirkan Kondisi Rumah Sakit

"Menjaga berbagai spesies yang stres dalam jarak dekat dalam kondisi yang kejam dan tidak sehat," sambungnya.

Dia melanjutkan, penanganan dan penyembelihan yang brutal serta limbah dan cairan yang dihasilkan merupakan tempat berkembang biak sempurna untuk penyakit zoonosis.

Setelah pasar hewan hidup China dikaitkan dengan munculnya virus corona, pemerintah di seluruh dunia menghadapi seruan untuk melarang pasar penyembelihan hewan hidup.

Para ilmuwan telah memperingatkan cara hewan dipelihara untuk konsumsi, baik di pasar yang sempit maupun di peternakan industri.

Baca Juga: WHO Beri Rekomendasi Obat Roche dan Sanofi untuk Kurangi Risiko Kematian Covid-19

WHO mengatakan bahwa secara global sekitar satu miliar kasus penyakit dan jutaan kematian terjadi setiap tahun akibat zoonosis.

Dilaporkan juga, 75 persen penyakit menular zoonosis yang muncul berasal dari hewan liar.

Ebola dilacak ke orang yang makan kelelawar, dan HIV diyakini muncul dari orang yang makan daging simpanse.

Pada peringatan satu tahun Covid-19 yang dinyatakan sebagai pandemi awal tahun ini, Four Paws menuduh PBB dan pemerintah menangani gejalanya tetapi bukan akar penyebab pandemi.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: The Independent


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah