Rachmat Gobel: Industri Herbal dan Jamu Indonesia seperti Primadona yang Belum Dilirik

- 17 September 2020, 18:43 WIB
Wakil Ketua DPR RI Kordinator Bidang Industri dan Pembangunan (Korinbang) Rachmat Gobel.
Wakil Ketua DPR RI Kordinator Bidang Industri dan Pembangunan (Korinbang) Rachmat Gobel. /Instagram/@rachmatgobel_rg/

Dalam sebuah disuksi virtual bertajuk "Jamu Modern untuk Pasar Indonesia, Asia, Afrika, Timur Tengah, dan Eropa", dia mengatakan dalam lima tahun ke depan, dengan perkiraan pertumbuhan 6.7 persen per tahun, omset pasar produk tersebut pada 2026 diproyeksikan mencapai sekitar 218.940 miliar dolar AS (sekitar Rp3 ribu triliun).

Mengutip data Kementerian Perindustrian, potensi nilai penjualan jamu di pasar domestik baru sekitar Rp20 triliun dan ekspor sebesar Rp16 triliun.

Baca Juga: Penyadapan Dimasukan ke Kewenangan Jaksa, Supratman: Kalau Pelaku Buron, Siapa yang Bisa Mengontrol?

Dengan capaian sebesar itu, maka kontribusi produk jamu dan herbal lainnya dari Indonesia di pasar global sangat kecil.

Saat ini, terdapat sekitar 900 pelaku industri herbal dan jamu yang tergabung dalam GP Jamu. Dari jumlah tersebut, sektar 65 persen dari total pelaku adalah usaha yang masuk dalam kategori industri kecil.

Kemudian 30 persen merupakan usaha menengah, dan sisanya sebesar 5 persen merupakan usaha besar.

Baca Juga: Pilkada Serentak 2020, DPR Minta Penyelenggara Hilangkan Konser Musik dan Kampanye

Dari sisi produksi, 45 persen masuk dalam kategori jamu serbuk peninggalan leluhur, 55 persen merupakan jamu terstandar atau Obat Herbal Terstandar (OH) seperti jamu cair, jamu kapsul, dan minuman jamu.

Sedangkan jamu yang tergolong fitofarmaka atau jamu modern yang sudah melewati Uji Klinis baru mencapai 5 persen.

Data tersebut menggambarkan, pengembangan produk herbal dan jamu nasional masih sangat terbatas.***

Halaman:

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: Permenpan RB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah