Cemari Udara hingga Penurunan Tingkat Kecerdasan, Walhi: BBM Oktan Rendah Berdampak Buruk

- 1 November 2020, 18:41 WIB
 Ilustrasi industri minyak.
Ilustrasi industri minyak. /PIXABAY/@Kristinakasp/

PR BEKASI – Penggunaan bahan bakar minyak (BBM) beroktan atau RON rendah, berdampak buruk terhadap udara dan kesehatan.

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) mengingatkan dampak buruk yang terjadi, mulai dari pencemaran udara, gangguan kesehatan, hingga penurunan tingkat kecerdasan.

Hal itu disampaikan Manajer Kampanye Perkotaan dan Energi Walhi Nasional Dwi Sawung, dalam keterangan kepada media di Jakarta, Sabtu, 31 Oktober 2020.

Baca Juga: Sri Mulyani: Kita Akan Terus Fokuskan Seluruh Tenaga untuk Mengatasi Pandemi Covid-19

"Dampaknya sangat buruk," ucapnya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Antara.

Dia melanjutkan bahwa BBM RON rendah membuat pembakaran tidak sempurna dalam ruang bakar, yang menyebabkan peningkatan emisi.

Selain itu, juga berdampak buruk terhadap kesehatan. Di antaranya gangguan pada paru-paru yang menyebabkan gangguan pada organ pernapasan.

Baca Juga: Ramaikan Perhelatan ISEF 2020, Desainer Lokal Kreasikan Kain Tradisional Jadi Fesyen Berkelanjutan

"Terutama pada golongan rentan, seperti orangtua dan anak-anak. Dampak ini banyak ditemui di perkotaan, mereka yang berjalan kaki pun bisa terpapar," tutur Dwi Sawung.

Bahkan, begitu berbahayanya BBM RON rendah, hingga pengguna mobil pribadi ber-AC dengan kaca tertutup pun tak luput dari ancaman polusi di jalanan.

"Masih bisa masuk ke dalam mobil. Ada partikel tertentu yang tetap masih bisa masuk ke dalam kendaraan," ujar Dwi Sawung.

Baca Juga: Hadirkan Musisi Ternama di Virtual Prambanan Jazz 2020, Wishnutama Beri Apresiasi

Dia menyatakan bahwa tidak hanya lingkungan dan kesehatan, BBM RON rendah juga berdampak buruk terhadap sisi ekonomi.

Misalnya kerugian akibat penurunan kualitas udara dan gangguan kesehatan, memiliki kompensasi biaya yang sangat mahal.

"Betapa besar kerugian ekonomi akibat penurunan kecerdasan anak-anak, dan juga gangguan kesehatan terhadap masyarakat," kata Dwi Sawung.

Baca Juga: Mandirikan Penyandang Disabilitas Lewat Terapi Seni, Kemensos 'Ubah' Balai Rehabilitasi Miliknya

Dampak buruk tersebut, karena sektor transportasi memang menjadi penyumbang yang cukup signifikan terhadap polusi udara.

Sekitar 40 persen total emisi, merupakan kontribusi dari sektor tersebut. Dampak buruk pun semakin dirasakan di berbagai kota besar, seperti Jakarta.

"Dengan BBM RON rendah, tentu polusi makin tinggi. Ada sulfur dan juga hidrokarbon yang jauh lebih banyak dibandingkan BBM RON tinggi," ucap Dwi Sawung.

Baca Juga: Masyarakat Indonesia Wajib Waspadai La Nina, Megawati: PDIP Siap Bantu BMKG Informasikan Bencana

Mengingat berbagai dampak buruk tersebut, mau tidak mau peralihan penggunaan BBM RON rendah menuju RON tinggi memang harus segera diimplementasikan.

Apalagi secara aturan, sebenarnya penerapan sudah harus dilakukan pada tahun lalu.

"Kita sudah sangat terlambat. Aturan sudah dibuat, tetapi penegakan aturan yang sangat lemabh bahkan tidak ada." ujar Dwi Sawung.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah