Sri Mulyani Sebut Ekonomi Akan Lebih Baik, Rizal Ramli: Kalau Ngibul Tuh Jangan Keterlaluan

30 Desember 2020, 12:42 WIB
Rizal Ramli (kanan) yang mengkritik ucapan Sri Mulyani (kiri) soal ekonomi Indonesia di tahun 2021. /Kolase foto dari maritim.go.id dan Instagram @smindrawati

PR BEKASI - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa laju ekonomi tahun depan akan jauh lebih baik ketimbang tahun ini.

Menurutnya, diproyeksikan pada tahun 2021 ekonomi akan naik sebesar 4,5 persen hingga 5,5 persen. Perkiraan yang cukup lebar ini dianggap sama oleh sejumlah internasional.

“Pemerintah berkeyakinan bahwa pertumbuhan ekonomi sebesar 4,5 hingga 5,5 persen cukup realistis dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut dan baseline pertumbuhan ekonomi yang rendah di tahun 2020,” kata Sri Mulyani.

Baca Juga: Fakta Varian Baru Covid-19: Meski Tertular, Tapi Tidak Terbukti Lebih Parah

“Tahun 2021, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6,1 persen. Sementara World Bank 4,8 persen, dan ADB 5,3 persen,” katanya. 

Menanggapi hal tersebut, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari kanal YouTube Refly Harun pada Rabu, 29 Desember 2020, ekonom senior Rizal Ramli menyebut, wacana yang diucapkan oleh Sri Mulyani sangat tidak realistis.

"Kalau bicara ekonomi 2020, sebelumnya 2018,2019, ekonomi kita memang sudah melambat, semua indikator makro ekonominya, misalnya, neraca perdagangan, transaksi berjalan, primary balance di anggaran, itu merosot bertahap pelan-pelan," ucapnya.

Baca Juga: Cegah Kerumunan di Jakarta, Polda Metro Jaya Sekat Perbatasan Ibu Kota di Malam Tahun Baru 2021

Ia juga menyampaikan bahwa hingga saat ini pun Indonesia belum pernah keluar dari batas maksimal pertumbuhan ekonomi di angka 5,1 persen.

Rizal Ramli membeberkan sejumlah alasan mengapa pertumbuhan ekonomi di Indonesia bisa anjlok seperti saat ini.

"Begitu terjadi Covid-19 di Wuhan bulan Desember 2019, Indonesia seperti biasa nganggep enteng, turis dari China masih banyak yang masuk, padahal saat itu, semua orang langsung tutup airport-nya, Jepang, Singapura, kita malah sok jago," tuturnya.

Baca Juga: Cek Fakta: Puan Maharani Dikabarkan Terkena OTT KPK di Kantor PDI Perjuangan, Ini Faktanya

Bukannya menutup akses dari luar negeri, ucap Rizal Ramli, Indonesia justru malah berusaha untuk menutupi dan menyepelekan Covid-19.

"Kita pada saat itu malah kasih insentif untuk turis asing China buat masuk Indonesia. Kita bayar buzzer 720 miliar untuk menutupi bahwa Covid-19 ini gak ada masalah," ujarnya.

Oleh karena itu ia menyampaikan bahwa Indonesia telah membuang tiga bulan pertamanya hingga Maret, yang bisa digunakan untuk menindak tegas masuknya Covid-19 dan mengambil langkah-langkah untuk mengurangi resiko kesehatan dan ekonomi.

Baca Juga: Sebut Gisel dan MYD Tidak Dapat Dipidana, ICJR: Mereka Adalah Korban yang Harus Dilindungi

"Nah begitu terjadi Covid-19, masalah ekonomi kita semakin kompleks, semakin merosot, daya beli juga ancur, lapangan pekerjaan nyaris tidak ada. Tapi yang paling penting uang beredar di masyarakat itu berkurang," ucapnya.

Rizal Ramli menjelaskan, dari Januari hingga September ekonomi Indonesia hanya 3 persen, lalu dari September hingga Oktober malah minus.

"Ini belum pernah terjadi sejak tahun 1998, artinya apa, uang yang beredar di masyarakat kesedot untuk membeli surat utang negara, karena utang udah terlalu banyak," tuturnya.

Baca Juga: Tahun 2021 Akan Jadi Tahun yang Menantang bagi Pisces, Kembangkan Ide dan Pelajari Hal Baru

"Jadi boro-boro di masyarakat ada tambahan uang beredar, malah dikurangi, inilah yang menjelaskan kenapa daya beli itu anjlok luar biasa," katanya.

Sehingga menurutnya, ekonomi di tahun 2020 resmi dinyatakan anjlok karena daya beli turun drastis dan perusahaan banyak yang bangkrut.

Oleh karena itu pernyataan Sri Mulyani soal ekonomi 2021 bisa 5,5 persen pun ditolak keras oleh Rizal Ramli karena dianggapnya terlalu berimajinasi.

Baca Juga: Refly Harun Bela Kasus Mimpi Haikal Hassan, Habib Husin: Ingin Bela Kawan agar Tak Dipenjara

"Lalu muncul versi angin surga dari menteri keuangan terbalik (Sri Mulyani) bahwa 2021 ini akan balik tinggi menjadi 5,5 persen, aduh ampun deh, sebelum Covid aja gak pernah 5,5 persen, cuman 5,1, ini kok tahun depan Covid masih banyak udah ngaku klaim 5,5 persen," ucapnya.

"Kalau Ngibul tuh jangan keterlaluan," katanya.

Ia pun berkesimpulan bahwa 2020 ekonomi anjlok dan tahun 2021 bakal jeblok jika tidak mau berubah.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: YouTube Sobat Dosen

Tags

Terkini

Terpopuler