"Pada waktu itu Anies Baswedan hanya berada di peringkat ketiga, tapi karena adanya penggelindingan isu mengenai 411 dan 212, dan dukungan kelompok-kelompok kanan dalam politik yang saya katakan itu sah-sah saja," ucap Refly Harun.
Karena hal itu juga terjadi di mana pun, yang terpenting adalah tidak boleh melakukan black campaign.
Refly Harun menuturkan karena adanya hal itu juga posisi Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, naik menjadi peringkat kedua dalam putaran pertama.
"Ketika head to head dengan Ahok, saat itu Ahok dengan statusnya sebagai terdakwa dan akhirnya Anies yang memenangkan pertarungan," ujarnya.
Baca Juga: Tak Ingin Rakyat Dirugikan Lagi, KPK Perketat Pengawasan Penyaluran Bansos Covid-19 dari Kemensos
Sejak saat itu kiprah FPI, HTI, GNPF Ulama, dan PA 212, menjadi kelompok-kelompok kanan yang pada Pilpres 2019, kelompok ini mendukung paslon nomor 2.
Diungkapkan Refly Harun, hal itu menimbulkan kekhawatiran kelompok ini akan terus membesar di ranah politik Indonesia, terutama untuk 2024.
"Di 2024 mendatang, isu-isu yang bersifat sektarian seperti ini mungkin tetap akan menunjang. Hanya masalahnya penguasa saat ini tidak konsisten untuk mempraktekkan demokrasi," kata Refly Harun, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari kanal YouTube Refly Harun, Rabu, 6 Januari 2021.***